Hari Minggu kemarin … hari yang berat bagiku.
Menjelang tengah malam aku terbangun masih dengan perasaan duka yang dalam. Lampu kamar kunyalakan … flash … aku bermaksud meneruskan rutinitasku malam itu … menggosok baju ^_^.
Mataku terpaku pada secarik kertas putih disamping bantal putri sulungku yang tengah terlelap dalam mimpi. Tersenyum aku membaca “permainan tulisan” yang biasa dilakukan putriku Ayda dan adiknya Fauzan.
Ayda : “soalnya pura-pura ZZZZZZ … itu namanya ngorok.”
Fauzan :”kakak kenapa sih orang kalau tidur engga ZZZ tapi kalo di tv di kartun …”
Ayda : “Iya.”
Seperti kita di masa lalu … “permainan tulisan” seperti “ABC lima dasar” … masih dimainkan dimasa kini. Masa ku bermain permainan itu lebih dari 25 tahun yang lalu … hebat ya, masih bertahan. Aku dan anak-anakku sering memainkannya.
Bila mereka segan bicara, aku membiasakan meminta mereka untuk menuliskannya di kertas. Misalnya minta sesuatu yang mereka pikir akan membuatku marah,
“Ibu … boleh ngga aku beli pempek?”
“Ibu … liburan nanti aku ke Subang ya … kerumah Bibi Yuyu.”
Semacam itu.
Bahkan saat mereka marah pun, mereka menuliskannya.
“Ibu bohong … Ibu ngga sayang sama aku … katanya aku mau dibelikan hp, Ibu ‘kan udah pinjam uang aku 100 ribu.”
Seperti itu.
Satu lagi potongan kertas yang kulihat membuatku terharu membacanya.
Ayda : “kita ngasih surat yok ke ibu !!!”
Fauzan : “ayo.”
Sehari-harinya mereka nakal dan sulit diatur. Para ahli bilang nakal itu pertanda pintar dan sehat. Sulit diatur itu biasanya karena mereka memiliki pemikiran sendiri, yakin pada diri sendiri. Tipikal anak-anak jaman sekarang …
Mereka benar-benar membuat surat buatku … sebelum mereka naik keatas kasur mereka memberikannya padaku. Tenggorokanku tercekat … sekuat hati aku menahan air mata yang sepertinya bendungannya jebol. Aku masih mencuci piring saat itu.
Ayda dan Fauzan :
“Untuk Ibu …
Ibu, Ibu marah ya sama anak-anak … Ayda, Fauzan, Zidan … kaka, abang, dede.
Aku lihat Ibu sedang sedih banget. Kalo ada kesalahan tolong dimaafkan sebesar-besarnya ya.
Ayda, Fauzan, Zidan … kaka, abang, dede … minta maaf sebesar-besarnya.
Kami semua sayang sama ibu … I love you Ibu.”
Anak-anakku adalah hidupku.