Rabu, 09 Februari 2011

Wortel, Telur dan Kopi


Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan
menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak
tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah
untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul
masalah baru. Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur.
Dengan bijak dia menunjukkan suatu rahasia pada anaknya.
Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh
wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh
kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa
berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar,
memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit,
sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di
mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain,
dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau lihat,
nak?" "Wortel, telur, dan kopi" jawab si anak. Ayahnya mengajaknya
mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan
merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya
mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia
mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya
memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi
dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, "Apa arti
semua ini, Ayah ?"

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah
menghadapi 'kesulitan' yang sama, melalui proses perebusan, tetapi
masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda. Wortel sebelum
direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus,
wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah.
Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi
setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami
perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi
merubah air tersebut.

"Kamu termasuk yang mana ?," tanya ayahnya. "Ketika
kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu
wortel, telur atau kopi ? "Apakah kamu adalah wortel yang
kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan,
kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu."

"Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati
lembut ? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian,
patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan
kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan
keras dengan jiwa dan hati yang kaku ?"

"Ataukah kamu adalah bubuk kopi ? Bubuk kopi merubah air
panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya
yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai
suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat." "Jika kamu seperti bubuk
kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi
semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik."

Itulah nasehat bijak dari ayahnya. Hal itu juga pastinya berhubungan dengan diri kita semua. Apakah kita memiliki semangat gigih dalam menghadapi suatu masalah. Semuanya ditentukan oleh diri kita sendiri untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik.

"Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu
menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri …".

http://rahasia-masa-depan.blogspot.com

Tidak ada komentar: